robotics-university.com | Kesalahan fatal yang mungkin masih dilakukan oleh institusi pendidikan (sekolah/PT) dalam mengajarkan robotika kepada peserta didiknya adalah mereka berusaha mengejar hasil, akan tetapi melupakan proses belajar. Hal ini adalah fakta dan sekaligus pengalaman pribadi penulis.
Penulis pernah diundang salah satu sekolah di kota (tertentu) untuk mengajari siswanya belajar membuat robot (kala itu adalah robot line tracer), karena dalam waktu dekat akan mengikuti kompetisi robot atas undangan suatu institusi (tertentu). Benarlah penulis memenuhi undangan tersebut. Fakta yang penulis hadapi ketika itu adalah penulis diminta membuatkan robot untuk mengikuti kontes robot, dimana ternyata pihak sekolah (guru yang mengampu ekstra-kurikuler robotika) waktu itu belum banyak mengajari materi robotika kepada siswanya dan cara membuat robot, namun ingin mengikuti kontes robot tersebut. Sehingga dapat dipastikan bahwa saat kontes dilaksanakan, siswa hanya akan berperan sebagai operator robot saja dan guru hanya sebagai pembimbing “bayangan”. Motivasi mereka mengikuti kontes robot pun adalah supaya menang dan institusinya dikenal oleh publik (ajang promosi sekolah).
Apabila faktanya sudah seperti ini yang terbebani adalah orang yang mau membuatkan robot untuk sekolah tersebut (sang pemilik jasa pembuatan robot). Jika menang disanjung, jika kalah disalahkan dan bahkan dibuang (tidak digunakan lagi jasanya). Ada juga institusi yang sangat kelewatan, menang pun sang pemilik jasa tidak diakui sebagai orang yang berjasa atas kemenangan itu. Robot buatannya diaku-aku sebagai buatan sang guru atau siswa. Kalau yang ini adalah cerita dari rekan penulis yang juga pernah memberikan jasa membuatkan robot untuk ikut kontes robot oleh salah satu sekolah di kota (tertentu).
Oleh sebab itu, dalam hal ini penulis sangat sepakat dengan [Eko Henfri B. et al, 2013] yang dalam makalahnya menyatakan bahwa, “Meskipun robotika telah mendapatkan perhatian tinggi dari siswa dari setiap tingkat pendidikan dari sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dampaknya dalam pendidikan siswa masih relatif kecil. Sebagian besar kompetisi robotika di Indonesia masih berfokus pada hasil bukan prosesnya.” Inilah yang saya katakan sebagai kesalahan fatal. Seharusnya dalam belajar robotika itu mengutamakan proses belajarnya, bukan sekedar hasil (kemenangan dalam sebuah kontes robot).
__________________
Sumber Pustaka:
[Eko Henfri B. et al, 2013] Eko H. B., Dwi K. B., Adnan R. A. B., dan Endah S. N., 2013, “Design of Curriculum Matrix for Robotics Education Derived from Bloom's Taxonomy and Educational Curriculum of 2013”, International Seminar on Applied Technology, Science, and Art (APTECS) 2013.
[Taufiq, 2015] Taufiq Dwi Septian Suyadhi, 2015, "Robotika: Mengutamakan Proses Belajar, Bukan Sekedar Hasil", Workshop robotika - Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Robotika, BTKP DISDIKPORA DIY, 1 September 2015
0 comments:
Post a Comment