robotics-university.com | Multirotor atau juga disebut multicopter adalah kendaraan udara jenis helicopter dengan jumlah baling-baling lebih dari satu. Pada umumnya, helicopter penumpang memiliki 2 sampai 4 baling-baling (propeller) sebagai bagian sistem helicopter yang membuatnya mampu terbang. Pada kesempatan ini (dan juga pada beberapa artikel lain di dalam website belajar robotika www.robotics-university.com) penulis tidak akan membahas mengenai helicopter penumpang. Namun penulis akan mengajak pembaca untuk belajar bersama mengenai helicopter tanpa awak (multirotor) yang dapat digunakan oleh militer sebagai sarana pengintai (spy) atau juga untuk tujuan pengamatan dari udara biasa, seperti foto udara dan merekam video kondisi suatu wilayah, bangunan, atau peristiwa. Kendaraan tanpa awak semacam ini lebih dikenal dengan sebutan UAV (unmanned aerial vehicle).
Secara fisik, multirotor memiliki bentuk yang jauh lebih kecil apabila dibandingan dengan helicopter penumpang. Selain itu, dari segi fungsi atau kegunaan, fungsi helicopter penumpang berbeda dengan fungsi multirotor. Helicopter penumpang biasa digunakan sebagai alat transportasi manusia dari satu daerah menuju daerah yang lain. Dalam sebuah peperangan helicopter penumpang dapat digunakan oleh militer sebagai alat perang dan juga alat penyelamatan (rescue) atau evakuasi korban perang. Dalam peristiwa bencana alam, helicopter dapat difungsikan oleh Tim SAR (search And Rescue) sebagai alat bantu pencarian dan penyelamatan. Sementara itu multirotor dalam kehidupan sehari-hari dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan peliputan kondisi lalu lintas darat, pemantauan dan peliputan peristiwa berbahaya seperti kerusuhan atau perang, untuk pemantauan kondisi hutan, pemantauan kondisi daerah perbatasan Negara, foto udara untuk kebutuhan sistem informasi geografis (SIG), media penginderaan jarak jauh lain yaitu sebagai alat mata-mata (spy) dalam peperangan, dan sebagainya.
Selanjutnya dari segi pengendalinya, helicopter penumpang dikendalikan secara langsung oleh seorang pilot, sedangkan multirotor dikendalikan secara jarak jauh dengan menggunakan remote-controller (RC) atau juga dapat dikendalikan secara otomatis dengan perangkat elektronik yang dinamakan dengan rangkaian autopilot.
Baik helicopter penumpang maupun multirotor termasuk dalam kategori kendaraan terbang vertical take-off and landing (VTOL) karena dalam operasi geraknya ketika take-off (terbang) dan landing (mendarat), helicopter penumpang maupun multirotor melakukannya secara vertikal. Teknik terbang VTOL inilah yang menjadi salah satu keuntungan dari helicopter penumpang maupun multirotor. Dengan teknik terbang secara VTOL, helicopter penumpang maupun multirotor dapat memperoleh status (posisi) terbangnya dengan lebih cepat, yaitu ketika badannya (fisik) sudah melayang (hover) di udara. Selain itu, dengan teknik VTOL, sebuah helicopter penumpang maupun multirotor tidak membutuhkan landasan pacu yang luas ketika hendak terbang. Kelebihan ini sangat tidak mungkin dimiliki oleh sistem pesawat pada umumnya.
Referensi:
[Rodic et al., 2011] Rodic, Aleksandar and Mester, Gyula. (2011). The Modeling and Simulation of an Autonomous Quad-Rotor Microcopter in a Virtual Outdoor Scenario. Acta Polytechnica Hungarica. No. 4, Vol. 8.
Gambar 1. Contoh sebuah multirotor (XAircraft X650) [Rodic et al., 2011]
Secara fisik, multirotor memiliki bentuk yang jauh lebih kecil apabila dibandingan dengan helicopter penumpang. Selain itu, dari segi fungsi atau kegunaan, fungsi helicopter penumpang berbeda dengan fungsi multirotor. Helicopter penumpang biasa digunakan sebagai alat transportasi manusia dari satu daerah menuju daerah yang lain. Dalam sebuah peperangan helicopter penumpang dapat digunakan oleh militer sebagai alat perang dan juga alat penyelamatan (rescue) atau evakuasi korban perang. Dalam peristiwa bencana alam, helicopter dapat difungsikan oleh Tim SAR (search And Rescue) sebagai alat bantu pencarian dan penyelamatan. Sementara itu multirotor dalam kehidupan sehari-hari dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan peliputan kondisi lalu lintas darat, pemantauan dan peliputan peristiwa berbahaya seperti kerusuhan atau perang, untuk pemantauan kondisi hutan, pemantauan kondisi daerah perbatasan Negara, foto udara untuk kebutuhan sistem informasi geografis (SIG), media penginderaan jarak jauh lain yaitu sebagai alat mata-mata (spy) dalam peperangan, dan sebagainya.
Selanjutnya dari segi pengendalinya, helicopter penumpang dikendalikan secara langsung oleh seorang pilot, sedangkan multirotor dikendalikan secara jarak jauh dengan menggunakan remote-controller (RC) atau juga dapat dikendalikan secara otomatis dengan perangkat elektronik yang dinamakan dengan rangkaian autopilot.
Baik helicopter penumpang maupun multirotor termasuk dalam kategori kendaraan terbang vertical take-off and landing (VTOL) karena dalam operasi geraknya ketika take-off (terbang) dan landing (mendarat), helicopter penumpang maupun multirotor melakukannya secara vertikal. Teknik terbang VTOL inilah yang menjadi salah satu keuntungan dari helicopter penumpang maupun multirotor. Dengan teknik terbang secara VTOL, helicopter penumpang maupun multirotor dapat memperoleh status (posisi) terbangnya dengan lebih cepat, yaitu ketika badannya (fisik) sudah melayang (hover) di udara. Selain itu, dengan teknik VTOL, sebuah helicopter penumpang maupun multirotor tidak membutuhkan landasan pacu yang luas ketika hendak terbang. Kelebihan ini sangat tidak mungkin dimiliki oleh sistem pesawat pada umumnya.
Referensi:
[Rodic et al., 2011] Rodic, Aleksandar and Mester, Gyula. (2011). The Modeling and Simulation of an Autonomous Quad-Rotor Microcopter in a Virtual Outdoor Scenario. Acta Polytechnica Hungarica. No. 4, Vol. 8.
0 comments:
Post a Comment